Diposkan pada Sebuah Cerita tentang Teguh

Sebuah Cerita Tentang Teguh: Malam yang Panjang.

CIMG7897.JPG

Terkisah dalam suatu malam yang syahdu, sang pencinta sedang melantunkan bait cinta kerinduan pada sang pujaan hati. Secangkir kopi hitam pahit tanpa gula menemani kerinduannya kala itu, tidak lupa sebatang kretek sesekali dihisapnya. “Sebuah pasangan yang klop memang untuk dapat tetap terjaga dari sunyinya malam yang kian menggoda untuk terlelap”.

Oh iya, perkenalkan, namanya Teguh, Ia merupakan mahasiswa semester akhir di salah satu kampus yang “go green” banget deh pokoknya. Teguh sendiri merupakan seorang introvert, ia memilih menutup diri. Ia memiliki ingatan jangka pendek yang kacau, dan berangan-angan menjadi superhero keren. Teguh menutup diri dari lingkungan karena pemikirannya terlalu asing, tidak populer, mengakibatkan pikiran anehnya tersebut belum siap diterima oleh lingkungan sekitar, sehingga sering menjadi bahan olok-olokan temannya, ia juga pernah menjadi korban “bully” selama 6 tahun (SMP-SMA). Salah satu pikiran anehnya adalah “setiap benda memiliki getarannya masing-masing, dengan perlakuan khusus, manusia bisa merasakan getaran tersebut. Selanjutnya bila getaran tersebut dikonversi kedalam bahasa manusia, maka akan dapat dimungkinkan manusia bisa mendengar suara batu, pohon, atau bahkan suara dedaunan gugur (Teguh, 2012).”, aneh bukan? Tentu saja bagi yang belum memahami ilmu yang membahas tentang getaran, gelombang, hingga fismod (fisika modern), akan terdengar asing, akan menertawai, akan mengejek, bahkan akan menganggap si Teguh terkena Waham. Wajar juga sih, akupun demikian dahulu, dulu aku mengatakan hal yang sama, aku kadang berfikir keras untuk dapat bisa memasuki jalan pikiran si Teguh.

Parah, ingatan jangka pendek Teguh begitu parah. Bagaimana mungkin, seseorang yang baru 10 menit mengenalkan namanya, bisa ia lupakan namanya. Ia begitu kesulitan mengingat namaku pada saat awal perkenalan kami, aku sampai harus 5 kali menyebut ulang namaku dengan ekspresi yang agak kesel, agar Teguh dapat mengingat namaku “Adang, ingat ya….Adang, nama gue Adang bukan Adi”.

“Hahahaha… lucu juga sebenarnya jika mengingat hari itu.”

“Aisshhhhh…. nape lo shob, ketawa sendiri, gajelas banget”, Teguh mengganggu ingatanku.

“Kagak bro, gue tiba-tiba aja inget waktu pertama kita kenalan, gue kesel banget tuh.”

“Hahaha….Ya maaf, maaa…aaaap, maaaaapkeun ya, lo tau ndiri kan alasannya”, ujar Teguh sambil tertawa, kemudian menyeruput kopi yang tinggal setengah cangkir.

“hahaha…entah gue kena apes, sial, atau kena karma jelek karna harus satu kontrakan sama lo..” Timpalku.

“Hahaha, mau gue sianida ya tuh kopi…?” Teguh tertawa sambil menghisap kretek di sela-sela jari tangan kirinya.

“Oh iya bro, bagaimana perkembanganmu dengan si Sofia…?” Tanyaku penasaran.

“heh….? kok tiba-tiba bahas Sofia”, Ekspresi Teguh langsung berubah.

“Gue penasaran aja, sejauh mana usaha lo deketin Sofia…?” Jawabku singkat.

” Hmmm….. Gini dang, gue sebenernya pengen nyanyiin nih lagu”

“….akan kulakukan, sgala yang kubisa
hanya untuk bersamamu, dan juga mencintaimu selalu
ku ingin merasakan, jalinan cinta yang telah kubuat
karna ku akan selalu mengerti indah dihatimu itu.” (BOS, Indah di hatimu)

Setelah itu, gue berharap si Sofia bakalan balas trus bilang, “yakinkan dirimu selamanya, agar kau tetap bangga padaku. Jangan pernah pergi dariku, agar aku bisa menjaga cintamu”.

“Ngaco, ngaco, ngaco…. lo lupa ya, bukannya si Sofia gak suka musik, bukannya haram ya dengerin musik menurutnya. Mending lo mikir lagi deh, pikirin hal yang lain deh. Hmmmm….Anyway, gue doain deh agar Sofia nulis tuh kalimat.”

“Nulis….?, ngomong mungkin maksud lo” Teguh mencoba memastikan.

“Bener nulis kok, gue kan taunya Sofia itu seorang penulis.” Jawabku singkat.

“hooh, ya ya…. eits… lo tau darimana Sofia gak suka musik? jangan ngarang deh.”

“gue kan punya kenalan anak dauroh gitu, dia sama sekali gamau ndengerin musik, alasannya sih bagus, ‘ganggu konsentrasi’, cuman setelah gue tanyain langsung, memang musik itu dia haramkan.” Jawabku singkat.

“hmmmm….” Teguh pun terdiam.

*Bersambung………………………..