Diposkan pada Islam

Cerita Mimpi di Waktu Subuh

Bismillahirrohmanirrohim

(ilahi anta maksudi wa ridhoka mathlubi a’tini mahabbataka wa ma’rifataka)

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد الحبيب العالي القدر العظيم الجاه وعلى آله وصحبه ومن والاه

Hingga saat tulisan ini saya publikasikan, saya masih belum bisa menafsirkan arti mimpi saya kemarin pagi (17 November). Terharu, bahagia, menangis, serta perasaan bingung yang saya rasakan hingga saat ini.

Ceritanya gini, saya tiba-tiba berada di sebuah pengajian (semacam Haul) di salah satu pondok pesantren. Jamaah yang hadir didominasi oleh pakaian serba putih, baju koko putih, topi putih, telekum putih (jamaah bini/wanita). Hanya saya yang mengenakan koko hijau dan peci hitam. Kebetulan seorang syekh asal timur tengah berkunjung ke ponpes.

Setelah Syekh selesai mengimami jamaah sholat fardu, beliau berniat memulai membuka pengajian, namun atas dawuh abah, saya memberanikan diri maju menghampiri syechk. Belum sempat berbicara, saya sudah dilirik oleh jamaah yang lain, ada pula yang melarang saya “mau ngapain kamu maju? gak sopan!!” ujar jamaah yang hadir. Hanya saja Syekh meminta yang lain untuk tenang kemudian mendengar apa yang ingin coba saya sampaikan.

Saya kemudian menghampiri Beliau, kemudian mengatakan “Ampurayang (Maaf) syekh, saya diminta oleh Abah untuk melaksanakan sholat sunnah bermakmum dibelakang syekh.” ujar saya dengan sikap hormat.

Seketika itu majelis menjadi riuh, saya dianggap tidak sopan. (saya hanya terdiam, seraya berkata di dalam hati, “saya hanya menjalankan apa yang Abah minta untuk saya kerjakan”), namun diluar dugaan, Syekh kemudian berdiri selanjutnya mengajak saya untuk melakukan sholat sunnah berjamaah, meninggalkan lokasi pengajian menuju masjid.

Kami pun memulai sholat. Satu per satu jamaah yang hadir ikut bermakmum sholat di belakang syeckh.

Dua rokaat yang mengharukan, entahlah, mengapa para jamaah yang hadir dan ikut berjamaah meneteskan air mata, hingga menangis terisak pilu. Dalam sholat tersebut saya tidak bisa mengambil sikap sempurna, karena lokasi sholat saya tidak memungkinkan untuk sujud, jadilah hanya saya seorang diri yang sholat dengan posisi berdiri hingga akhir (seperti sholat duduk di kursi kereta) hanya saja kali ini saya sambil berdiri, bukan duduk.

Setelah selesai berdo’a, syekh duluan balik ke majelis untuk melanjutkan pengajian. Saya sendiri, setelah sholat kemudian berdo’a, sebagai mana berikut,

“allahummarzuqna hifdzol mursalin, wa ilhamal anbiya, wa fahmal auliyaq, bikaromika yaa akromal akromin, wabirohmatika yaa arhamarrohimin”


Setelah selesai berdo’a saya kemudian kembali mengikuti pengajian syekh, hanya saja kali ini Abah sudah duduk bersila bersama syekh (padahal sebelumnya, abah ga ada di lokasi pengajian tersebut).

“Sini, duduk di muka bersama Syekh”, ujar Abah, yang kemudian diiyakan oleh syekh. Antara mau dan tidak, di satu sisi Abah yang meminta, di sisi yang lain, saya sangat amat sungkan (dengan jamaah yang hadir) dan merasa tidak pantas untuk melakukannya (duduk di muka).

Saya memutuskan untuk mengikuti permintaan Abah “samiqna wa atoqna, abah..”, kemudian abah menjelaskan kepada jamaah, “siapa saja yang sudah bermakmum pada syekh, dia diperkenankan duduk di samping syekh.”

Saya duduk di samping kiri syekh, abah berada di sebelah kanan syekh. Saya melihat jamaah yang hadir, kemudian menunduk malu. Kemudian Saya memandang lama wajah syekh, kami saling berpandangan, saya masih mengingat keteduhan yang saya rasakan tatkala memandang wajah beliau. Kemudian beliau menjelaskan beberapa hal (Need not to know) dan mempersilahkan saya untuk menemui beliau di pondoknya lain waktu.

Tiba-tiba Tarhim Subuh pun terdengar di telinga, membuat semua gambaran tersebut memudar dengan perlahan lantas menghilang. Saya pun tersadar bahwa semua itu hanyalah mimpi. Saya kemudian bangun, dengan perasaan bingung, seraya mengucapkan syukur karena Abah berkenan main ke mimpi saya (seorang yang hina dina berlumur dosa ini), dan sekaligus terharu bisa sholat diimami syekh tersebut.

Abah dalam mimpi tersebut adalah Syaikhuna TGH Muhammad Nadjamudin Makmun. Sedangkan Syekh tersebut adalah seorang mursyid thoriqoh Qodiriyah.

tgh-copy1

Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwa Mithariq

Semarang, 18 November 2015

M. Teguh A Diantaris

Penulis:

| اِلَهِى اَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ | Pemuda Sasak | Sarungan | Ngelmu ning Semarang | an ethnobotanical researcher: Medicinal plants |

2 tanggapan untuk “Cerita Mimpi di Waktu Subuh

Tinggalkan komentar